Petir merupakan gejala alam yang bisa dianalogikan dengan sebuah kondensator raksasa, kondensator disini dapat diartikan sebagai komponen listrik yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik. Kondensator ini menyimpan energi listrik antara 1 hingga 10 miliar joule energi. Kira-kira energi ini mampu menyalakan bola lampu 100 watt selama 3 bulan.
Perbandingan lainnya, ketika menghantam tanah, petir bisa menghasilkan energi 300 kilovolt, atau 150 kali lebih besar dari pada listrik yang digunakan untuk industri. Karena menyimpan energi listrik yang begitu besar maka Arus petir tidak bisa ditahan oleh makhluk hidup. Bahkan terdapat beberapa sejarah kejadian manusia meninggal akibat tersambar petir.
Selain itu, petir juga berbahaya jika menyambar logam atau struktur bangunan karena bisa menyebabkan konsleting listrik, menyebabkan kebakaran, mengganggu menara sinyal, hingga memicu ledakan.
Oleh karena itu, untuk melindungi area sekitar kita agar terhindar dari sambaran petir, maka pemasangan penangkal petir solusinya. Penggunaan penangkal petir di atap bangunan akan menghantarkan muatan listrik langsung ke tanah, sehingga lebih menjamin keamanannya.
Mengapa Penangkal Petir Dibuat Menggunakan Bahan Stainless Steel?
Penangkal petir ditemukan oleh Benjamin Franklin, seorang penemu, wartawan, pemikir dan juga seorang negarawan dari Amerika Serikat. Beliau menemukan prinsip kerja penangkal petir saat sedang mempelajari dan meneliti petir dan listrik pada 1749. Pada prinsipnya, penangkal petir terdiri dari 3 bagian:
Batang Penangkal Petir. Bagian batang (lightning rod) ini disebut juga dengan ‘tombak’, karena memang mirip dengan ujung sebuah tombak. Bagian ini berguna untuk menerima sambaran petir. Karena dibuat khusus untuk menerima sambaran petir, maka batang ini harus terbuat dari bahan yang kuat, anti karat dan bersifat konduktor (penghantar listrik) yang baik, seperti: tembaga ataupun baja tahan karat (stainless steel).
Ujung batang ini sengaja dibuat runcing karena secara teori fisika, muatan listrik lebih mudah berkumpul dan terlepas pada ujung logam yang runcing. Hal ini akan membuat proses tarik menarik muatan listrik yang ada di awan ke bumi lebih mudah.
Kabel Konduktor. Kabel ini berfungsi menyalurkan arus listrik dari batang penangkal petir ke dalam bumi (ground). Kabel ini terbuat dari jalinan atau lilitan kawat tembaga berdiameter hingga 1 – 2 centimeter sehingga mampu mengalirkan arus listrik berjumlah besar. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding bagian luar bangunan.
Tempat Pembumian (grounding). Bagian ini berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke batang pembumian (ground rod) yang tertanam di tanah. Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 centimeter dan dengan panjang sekitar 1,8 hingga 3 meter.
More Stories
Proses Galvanis Pada Tower
Fonofobia: Ketakutan Berlebihan Terhadap Suara Keras
Inilah Bahaya Petir